Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian,” pesan dari Pramoedya Ananta Toer. Menulis dengan melihat sejarah, begitulah kira-kira yang dilakukan oleh Suwarsono Muhammad.
Perpustakaan KPK kembali mengadakan Sarasehan Pustaka KPK pad Jumat (9/6), yang dilaksanakan di Ruang Perpustakaan KPK dan menghadirkan Suwarsono Muhammad sebagai tamu pada sore itu. Acara yang dimoderatori oleh Sugiarto atau Eyang Sugi, dilaksanakan pada pukul 16.00 WIB. Selain sebagai seorang pengajar di universitas swasta di Kota Yogyakarta, Suwarsono juga merupakan seorang penulis. Suwarsono menulis buku yang berjudul Ekonomi Politik Peradaban Islam Klasik (EP-PIK), terinspirasi untuk menulis buku ini ketika mendengarkan ceramah di Mesjid Kauman Yogyakarta pada akhir tahun 2007.
Setelah mendengar ceramah tentang peradaban Islam dan tergelitik secara emosional, di awal Januari 2008 Suwarsono mulai mempelajari dan mendalami sejarah peradaban Islam. Buku yang terbit pada pertengahan tahun 2015 ini membutuhkan waktu yang relatif panjang, mengingat materi tentang peradaban islam merupakan hal yang sama sekali baru untuk Suwarsono.
Terbagi ke dalam sembilan BAB, buku EP-PIK fokus membahas tentang kajian peradaban Islam yang menurut penulis pada masanya mengalami kemunduran secara berkelanjutan. Peradaban Islam menurut sejarah pada abad 7 hingga 14 Masehi pernah berjaya bersama Cina dan India, namun tidak menunjukkan tanda-tanda yang meyakinkan untuk terlihat menjadi yang terdepan pada masa itu.
Suwarsono yang lebih dikenal banyak berkarya di bidang manajemen dan strategi bisnis dan pemerintahan, mengakui memiliki ketertarikan sendiri untuk menulis buku ini. “Ada dua sebab saya menulis buku ini, alasan praktis-politik dan akademik. Krisis Amerika tahun 2007 saya tafsirkan sebagai tanda awal kemunduran peradaban Barat, namun bisa bangkit lagi. Lalu pertanyaan saya kenapa Islam yang pernah berjaya pada masanya, tidak pernah terlihat mengedepan?” tutur Suwarsono dengan nada penasaran.
Buku yang ditulis oleh mantan Penasihat KPK ini mencoba mencari jawaban dari pertanyaan tersebut dari sisi sejarah dan bukan dari sisi ajaran. Hipotesis yang dibangun dalam tulisan karya Suwarsono ini yaitu mempertanyakan apakah peradaban Islam tidak berhasil mengedepan, akibat Islam secara salah belajar dari sejarahnya sendiri.
Setelah memaparkan latar belakang dan alasan karya ini dibuat, para peserta bedah buku yang hadir pada sore itu diberikan kesempatan untuk bertanya. “Setelah penjelasan tadi, lalu bagaimana agar peradaban Islam bisa bangkit kembali?,” ujar Chandra menyumbang pertanyaan.
Menanggapi pertanyaan yang diberikan, Suwarsono mengatakan bahwa untuk bisa bangkit Islam harus menjadi peradaban modern, tapi bukan modern seperti Amerika. Modern yang dimaksudkan adalah modern seperti negara-negara Skandinavia, seperti Denmark atau Finlandia. Selain itu untuk dapat berkembang lebih jauh, Islam harus mampu melewati fase tertentu antara lain Islam Individual, Islam Sosial, Islam Ekonomi, dan yang terakhir adalah Islam Politik.
“Proses dari fase ini tentunya harus secara simultan agar Islam bisa menjadi yang terdepan. Melihat sejarah, Islam Sosial pernah berkembang saat Orde Reformasi dimulai. Islam, harus bisa mengambil jalan damai untuk memimpin baru dapat berjaya,” jelas Suwarsono menanggapi.
Mengutip dari pernyataan penulis, EP-PIK ditulis menggunakan pendekatan tengah dimana tidak sepenuhnya percaya pada apa yang ditulis secara tradisional dalam banyak buku tentang peradaban Islam yang begitu linier dan tidak mengandung riak sejarah. Tetapi di saat yang sama tidak memakai pendekatan kritis secara total ataupun pendekatan skeptikal. Suwarsono menyatakan buku ini lebih berfokus pada peradaban Islam lewat aspek ekonomi dan politik yang seringkali ditinggalkan dalam penulisan buku-buku peradaban Islam yang merupakan terjamahan buku terbitan Timur Tengah. Buku ini dihadirkan untuk melihat bagaimana peradaban Islam tidak berlangsung begitu damai dan terlihat putih bersih sehingga tidak dapat berjaya